Amar Ma`ruf Nahi Mungkar (Hubungan
Antara Dosa Dan Bencana)
Assalamu`alaikum Wr. Wb
http://arasitusislam.com/
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. أَمَّا بَعْدُ؛
Hadirin
Jamaah Jumat Rohimakumullah
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala yang
telah menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang beriman, yang telah menunjuki
kita shiratal mustaqim, jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditempuh
orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah, dari kalangan para nabi,
shiddiqin, syuhada’ dan shalihin.
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak untuk
diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya, semoga
shalawat dan salam selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para
sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau dengan baik hingga
hari kiamat.
Selanjutnya dari atas mimbar ini, perkenankanlah saya
menyampaikan wasiat kepada saudara-saudara sekalian dan kepada diri saya
sendiri, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala selama sisa umur yang Allah karuniakan kepada kita, dengan berusaha
semaksimal mungkin menjauhi larangan-laranganNya dan melaksanakan
perintah-perintahNya dalam seluruh aktivitas dan sisi kehidupan.
Sungguh kita semua kelak akan menghadap Allah sendiri-sendiri
untuk mempertanggung-jawabkan seluruh aktivitas yang kita lakukan. Pada hari
itu, hari yang tidak diragukan lagi kedatangannya, yaitu hari kiamat, tidak
akan bermanfaat harta benda yang dikumpul-kumpulkan dan anak yang
dibangga-banggakan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang
salim, hati yang betul-betul bersih dari syirik sebagaimana firmanNya
dalam Surat Asy-Syu’aro 26 : 88-89:
tPöqt w ßìxÿZt ×A$tB wur tbqãZt/ ÇÑÑÈ wÎ) ô`tB tAr& ©!$# 5=ù=s)Î/ 5OÎ=y ÇÑÒÈ
88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki
tidak berguna,
89.
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Dalam kesempatan khutbah Jum’at kali ini saya akan
membahas tentang hubungan antara dosa dan bencana yang menimpa umat manusia
sebagaimana yang diterangkan di dalam Al-Qur’an.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Ar-Ruum 30
ayat 41 yang berbunyi:
tygsß ß$|¡xÿø9$# Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷r& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt ÇÍÊÈ
41.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Allah juga berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 112:
Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan
(dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian
kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”
Seorang ulama’ yang bernama Syaikh Muhammad bin Jamil
Zainu memberi ulasan terhadap kedua ayat tersebut dengan mengatakan: “Ayat-ayat
yang mulia ini memberi pengertian kepada kita bahwa Allah itu Maha Adil dan
Maha Bijaksana, Ia tidak akan menurunkan bala’ dan bencana atas suatu kaum
kecuali karena perbuatan maksiat dan pelanggaran mereka terhadap
perintah-perintah Allah” (Jalan Golongan Yang Selamat, 1998:149)
Hadirin … Kebanyakan orang memandang berbagai macam
musibah yang menimpa manusia hanya dengan logika berpikir yang bersifat
rasional, terlepas dari tuntutan Wahyu Ilahi.
Misalnya terjadinya becana alam berupa letusan gunung
berapi, banjir, gempa bumi, kekeringan, kelaparan dan lain-lain, dianggap
sebagai fenomena kejadian alam yang bisa dijelaskan secara rasional sebab-sebabnya.
Demikian dengan krisis yang berkepanjangan, yang menimbulkan berbagai macam
dampak negatif dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga masyarakat tidak
merasakan kehidupan aman, tenteram dan sejahtera, hanya dilihat dari sudut
pandang logika rasional manusia.
Sehingga, solusi-solusi yang diberikan tidak mengarah
pada penghilangan sebab-sebab utama yang bersifat transendental yaitu
kemaksiatan umat manusia kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala Sang Pencipta Jagat
Raya, yang ditanganNyalah seluruh kebaikan dan kepadaNya lah dikembalikan
segala urusan.
Bila umat manusia masih terus menerus menentang
perintah-perintah Allah, melanggar larangan-laranganNya, maka bencana demi
bencana, serta krisis demi krisis akan datang silih berganti sehingga mereka
betul-betul bertaubat kepada Allah.
Ikhwani fid-din rahimakumullah
Marilah kita lihat keadaan di sekitar kita. Berbagai
macam praktek kemaksiatan terjadi secara terbuka dan merata di tengah-tengah
masyarakat. Perjudian marak dimana-mana, prostitusi demikian juga, narkoba
merajalela, pergaulan bebas semakin menjadi-jadi, minuman keras menjadi
pemandangan sehari-hari, korupsi dan manipulasi telah menjadi tradisi serta
pembunuhan tanpa alasan yang benar telah menjadi berita setiap hari.
Pertanyaannya sekarang, mengapa segala kemungkaran
ini bisa merajalela di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas muslim ini? Jawabannya
adalah tidak ditegakkannya kewajiban yang agung dari Allah Swt. yaitu amar
ma’ruf nahi mungkar, secara serius baik oleh individu maupun pemerintah sebagai
institusi yang paling bertanggung jawab dan paling mampu untuk memberantas
segala macam kemungkaran secara efektif dan efisien, termasuk
membersihkan aqidah ummat dari ajaran sesat menyesatkan yang demikian banyak
disekeliling kita. Karena pemerintah memiliki
kekuatan dan otoritas untuk melakukan, meskipun kewajiban mengingkari
kemungkaran itu merupakan kewajiban setiap individu muslim sebagaimana sabda
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam :
مَنْ رَأَى
مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ
اْلإِيْمَانِ.
Artinya: “Barangsiapa di antara kalian melihat
kemungkaran, hendaklah merubahnya dengan tangannya, bila tidak mampu ubahlah
dengan lisannya, bila tidak mampu ubahlah dengan hatinya, dan itulah
selemah-lemahnya iman” (Hadits shahih riwayat Muslim)
Namun harus diketahui bahwa memberantas kemungkaran
yang sudah merajalela tidak hanya dilakukan oleh individu-individu, karena
kurang efektif dan kadang-kadang beresiko tinggi. Sehingga kewajiban amar
ma’ruf nahi mungkar itu bisa dilakukan secara sempurna dan efektif oleh
pemerintah.
Apa itu
mungkar ? KUBI Poerwadarminta :
·
Mungkar = Perbuatan durhaka
(melanggar perintah Tuhan/Allah) à kemungkaran = keingkaran; kedurhakaan
Usman bin Affan Radhiallaahu anhu , khalifah umat Islam
yang ketiga, menyatakan:
“Sesungguhnya
Allah mencegah dengan sulthan (kekuasaan) apa yang tidak bisa dicegah
dengan Al-Qur’an”
Disamping itu amar ma’ruf nahi mungkar merupakan salah
satu tugas utama sebuah pemerintahan, sebagaimana dikatakan oleh
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah:
“Sesungguhnya kekuasaan mengatur masyarakat adalah
kewajiban agama yang paling besar, karena agama tidak dapat tegak tanpa negara.
Dan karena Allah mewajibkan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, menolong
orang-orang teraniaya. Begitu pula kewajiban-kewajiban lain seperti jihad,
menegakkan keadilan dan penegakan sanksi-sanksi atau perbuatan pidana. Semua
ini tidak akan terpenuhi tanpa adanya kekuatan dan pemerintahan” (As Siyasah
Asy Syar’iyah, Ibnu Taimiyah: 171-173).
Apabila kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar itu tidak dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya maka sebagai akibatnya Allah akan menimpakan adzab secara
merata baik kepada orang-orang yang melakukan kemungkaran ataupun tidak à tentunya termasuk tidak
menjaga kemurnian aqidah / tidak meng-esa kan Allah
Swt/Kul Hu Allahus Shomad
Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam, dalam sebuah haditst Hasan riwayat Tarmidzi:
وَالَّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
أَوْ لَيُوْشَكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ
تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يُسْتَجَابَ لَكُمْ.
Artinya: “Demi Allah yang
diriku berada di tanganNya! Hendaklah kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf
dan melarang dari yang mungkar atau Allah akan menurunkan siksa kepada kalian,
lalu kalian berdo’a namun tidak dikabulkan”.
Demikian pula Allah menegaskan di dalam QS. Al-Maidah
ayat: 78-79, bahwa salah satu sebab dilaknatnya suatu bangsa adalah bila bangsa
tersebut meninggalkan kewajiban saling melarang perbuatan mungkar yang muncul
di kalangan mereka.
Artinya: “Telah dilaknati orang-orang kafir dari
Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak
melarang perbuatan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang mereka perbuat”
Yang dimaksud laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah Swt.
Dengan demikian supaya bangsa ini bisa keluar dan terhindar dari berbagai
krisis dalam kehidupan di segala bidang dan selamat dari beragam musibah dan
bencana, hendaklah seluruh kaum muslimin dan para pemimpin atau penguasa memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang
perbuatan-perbuatan mungkar sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing
untuk mentaati Allah Ta’ala dan menjauhi seluruh larangan-larangan dalam
seluruh aspek kehidupan.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ
لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Ma’asyirol Muslimin yang dirahmati
Allah
Dalam
khutbah kedua ini kesimpulan dari khutbah pertama.
·
Yang pertama,
kemaksiatan manusia kepada Allah Rabbul ‘Alamin merupakan penyebab utama
terjadinya berbagai musibah yang menimpa umat manusia baik itu berupa bencana
alam maupun krisis di berbagai bidang kehidupan.
·
Yang kedua,
satu-satunya jalan untuk terhindar dari segala musibah tersebut dan dapat
menikmati kehidupan yang aman, tenteram, damai dan sejahtera adalah dengan
mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan RasulNya Muhammad Saw. dalam seluruh
aspek kehidupan yang ada dengan penuh ketundukkan, kecintaan dan keikhlasan.
·
Yang ketiga, agar
seluruh kaum muslimin dan Pemerintah secara sungguh-sungguh melaksanakan dan memerintahkan
kepada yang ma’ruf dan memberantas segala yang mungkar.
Akhirnya
marilah kita tutup khutbah Jum’at ini dengan berdo’a kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
والحمد
لله رب العالمين.
بَارَكََ اللهََ لِيْ وَ لََكُمْ فيِِ الْْقُرْآنِِ
الْْعَظِيْمِْ وَن َفََعَنِيْ وَإِِيَاكُُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْْلآيَاتِ وَ الذِكْْرِِ الْْحَكِيْمِِ أَقُُوْلُ
قََوْلـِيِْ هَذَا وَأسْتَغْفِْرُ اللهََ لِي وَ لََكًُمْ
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Sumber:
Judul asli : Hubungan
Antara Dosa Dan Bencana
Oleh: Muhammad Mukhlis
Diedit ulang untuk Khutbah
Jumat/Tausiyah
Oleh
H.A. ROZAK ABUHASAN, MBA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar